Pesta pernikahan yang dilaksanakan sesuai dengan adat, memiliki berbagai hal unik yang jadi ciri khasnya. Salah satunya adalah pemakaian ronce melati sebagai salah satu bagian upacara adat, terutama adat Sunda dan Jawa. Pada pesta pernikahan adat Jawa dan Sunda, bunga melati dipakai untuk hiasan kepala mempelai. Pengantin pria adat Jawa juga mengenakan ronce melati untuk menghiasi keris. Pada pengantin adat Bugis, kuncup melati dipakai untuk menghiasi bagian rambut dalam bentuk untaian seperti mutiara yang dirangkai.
Ronce melati umumnya dipakai sebagai dekorasi, sekaligus memberikan aroma khas perkawinan, dan juga menghidupkan suasana sakral pada pesta tersebut. Lihat saja, ketika melihat bunga melati, orang-orang pun akan langsung menghubungkannya dengan pesta pernikahan. Mitos bahwa bunga melati dari pengantin dapat membuat enteng jodoh pun ada di masyarakat. Itu adalah salah satu bukti betapa melekatnya bunga melati dengan pernikahan. Bunga melati secara umum melambangkan kesucian, kesederhanaan, dan keindahan, yang tentu berkaitan dengan tujuan pernikahan. Namun, ronce melati ternyata juga memiliki makna filosofis.
Ronce melati dikenal juga dengan istilah roncean usus-usus. Penyebutan ini disebabkan karena bentuk untaiannya memang menyerupai rangkaian usus. Selain itu, roncean usus-usus ini juga berkaitan dengan salah satu legenda yang populer, yakni legenda mengenai Haryo Penangsang. Dari legenda itu, ronce melati yang biasanya digunakan untuk menghiasi keris mempelai pria digunakan untuk melambangkan keberanian.
Komentar
Posting Komentar